SYAUQY VII
(Menggapai Indahnya Cinta Bersama Al-Qur’an)
(Menggapai Indahnya Cinta Bersama Al-Qur’an)
PART
1
Malang,
sebuah kota yang indah, kota yang bisa menyihir para pencari ilmu untuk bisa
melanjutkan studinya kemari, dengan suasana yang masih hijau dan udara yang
segar membuat banyak pendatang yang singgah ke kota ini. Kota dengan hampir
seluruh perguruan tinggi Negerinya terakreditasi A dan kota yang terletak di
tanah jawa timur, tanah yang telah melahirkan ulama-ulama besar yang terkenal,
tanah yang dalamnya berdiri pondok-pondok pesantren yang melahirkan calon-calon
pemimpin umat berbasis agama dan tanah yang melahirkan para penghafal-penghafal
Al-Quran.

Ku
langkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mengambil air wudlu dan bersiap menghadap
sang maha pemberi cinta untuk selanjutnya menyiapkan hapalan untuk disetorkan
nanti siang.
Oh
iyah perkenalkan namaku Ali. Saat ini aku sedang menimba ilmu di salah satu
Ma’had ( pondok ) Universitas yang ada di kota malang, yaitu Ma’had sunan Ampel
Al-Aly, Universitas Maulana Malik Ibrahim. Saat teman-teman satu pondokku
pulang menikmati liburan, aku memilih untuk mengikuti acara yang diadakan oleh
HTQ (Haiah Tahfidzul Qur’an) yaitu acara yang bernama SYAUQY. Sebenarnya SYAUQY adalah singkatan dari SYAHRUL QUR'ANY ( bulan Al-qur’an ) akan tetapi SYAUQY sendiri
dalam bahasa arab berarti "Rindu", yah untuk liburan kali ini ku putuskan untuk
menunda rasa rinduku bertemu kedua orang tua untuk satu bulan bercengkrama dan
menghafal ayat-ayat yang maha indah yang tertuang dalam kitab Al-Qur’an.
Aku
dahulu dikenal sebagai “anak mami”, mungkin karena sebab itu banyak teman-teman
yang meragukanku untuk tidak pulang dan mengikuti acara ini. Bahkan pada suatu
malam ayahku menelvon dan mengatakan aku harus pulang karena aku belum siap
untuk jauh dari orang tua dengan waktu yang lama, ya bahkan orang tuaku sendiri
pun meragukan niatku ini. Tapi dengan tegas akan tetapi dengan kata-kata
yang halus ku katakan, “Ayah, aku berniat untuk lebih dekat dan mengenal sang
penciptaku melalui kalam-Nya, bukankah itu adalah hal yang baik, aku berjanji
aku tidak apa-apa disini, bukankah lebih baik pulang saat aku bisa membawa
sesuatu daripada pulang hanya membawa kerinduan semata?” ku renungi kata-kataku
barusan apakah akan menyinggung perasaan orang tuaku, tapi Alhamdulillah kedua
orang tuaku sepakat dan mengizinkanku untuk lebih lama berada di kota
pendidikan ke-2 ini.
Adzan
subuh berkumandang memanggil para hamba Allah yang masih terlelap dalam
tidurnya untuk segera terbangaun dan menghadapNya. Ku selesaikan hapalanku dan
ku kecup penuh kasih sayang Al-qur’an ku dan ku tempelkan ke dada, dekat dengan
hati dan ku bawa ke masjid untuk ku lanjutkan hafalan ku setelah shalat subuh.
Saat
shalat subuh telah selesai didirikan kulihat beberapa temanku sudah duduk
bersandar di tiang-tiang masjid sambil tangannya memegang Al-qur’an akan tetapi
matanya ada yang dipejamkan ada juga yang melihat ke atas, ya mereka sedang
menghapal juga. Rasanya baru kemarin aku memimpikan hal ini. Teringat dalam
pikiranku saat pertama ku injakan kaki di Universitas ini, ku lihat banyak
orang-orang yang duduk di serambi masjid sambil menghafal Al-Qur’an, ada
sedikit rasa iri kepada mereka saat melihat mereka dengan wajah yang tenang dan
bahagia menghafal ayat-ayat indah Al-Qur’an dan sempat ku berdo’a “Ya tuhanku, engkau
yang maha mengetahui jalan hidupku, perkenankanlah aku untuk mengikuti mereka,
mengenal lebih dekat dirimu melalui ayat-ayat indahmu” . dadaku serasa sesak
saat mengingat hal itu, aku terharu saat hapalanku mencapai ayat yang berbunyi
“Waidza saalaka
‘ibadi ‘anni fainni qarib. ujibu da’watad-da’i
idza da’an. falyastajibu li wal-yu' minu bi la’allahum
yarshudun”
186.
dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Bukan
hal yang mudah memang untuk menghafal ayat-ayat maha dahsyat ini, diperlukan
ketekunan dan kesabaran yang tinggi.
Saat
mata dan kepala mulai tak tahan lagi menahan kantuk, ku cukupkan menghapal kali
ini dengan kecupan di permukaan Al-quran dan berdoa “Ya Allah rahmatilah kami
dengan al Qur’an. Jadikan ia imam kami, cahaya, petunjuk dan rahmat bagi kami.
Ya Allah ingatkanlah kami apa yang kami lupa dan ajarkan bagi kami apa yang
kami jahil. Karuniakanlah kepada kami untuk dapat membacanya sepanjang malamnya
dan sepanjang siangnya. Jadikanlah ia perisai kami. Wahai Tuhan sekalian alam.”
setelah
itu ku bawa Al-qur’anku kembali ke pondok dan mulai ku pejamkan mata agar tidak
mengantuk saat setoran. bersambung....
Next part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar