Cahaya
mentari pagi nan hangat dan diiringi nyanian merdu burung-burung kecil yang
riang, menemaniku menulis cerita hidupku di salah satu kota pendidikan di
Indonesia, Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, kini adalah tempat
ku tulis tinta pancarian ilmuku. Saat sunrise
datang aku bersama teman-teman sedang menjalankan aktifitas sehari-hari yaitu shabahul lughah.
Perkenalkan
namaku Rico Supriyadi, aku adalah mahasiswa UIN Maliki Malang semester 1. Aku
berasal dari Cilegon-Banten. Pada tulisan kali ini aku ingin berbagi cerita
tentang aktifitas ku di salah satu Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri terbaik
di Indonesia, Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri yang Terakreditasi A, salah
satu Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri yang di amanatkan oleh pemerintah
menjadi World Class University dan
satu-satunya Universitas Islam Negeri yang memadukan tradisi pesantren dan universitas.
Semoga tulisanku ini bisa menjadi referensi bagi teman-teman SMA yang masih galau untuk melanjutkan pendidikannya.
Rindu yang teramat sangat, kurasakan
saat aku baru menginjakan kaki disini karena salah satu yang membedakan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ini dengan Universitas-Universitas
Islam yang lain adalah diberlakukannya Ma’had atau pondok pesantren bagi
mahasiswa baru selama 2 semester, yaitu semester 1 hingga semester 2. Karena
itulah semua mahaiswa baru, baik yang berasal dari Malang ataupun yang dari
luar jawa tidak bisa pulang ke rumah setelah jam kuliah selesai, akan tetapi
harus tinggal di Ma’had kecuali sabtu-minggu karena pada dua hari itu semua
kegiatan akademis diliburkan.
Nama Ma’had di UIN Maliki ini adalah
Ma’had Sunan Ampel Al-aly atau disingkat menjadi MSAA. Ma’had ini terdiri dari
beberapa mabna/gedung seperti Mabna Ibnu sina, Ibnu Rusyd, Al-faraby,
Al-ghazali, Ibnu Kholdun bagi para ikhwan dan Mabna Fatimah Az-zahra (FAZA) ,
Khadijatul Kubra (KD) Asma binti Abu Bakar (ABA), Umu Salamah (USA) bagi para akhwat. Setiap mabna terdiri dari
beberapa lantai dan setiap lantai terdiri dari beberapa kamar. Satu kamar untuk
ikhwan adalah berjumlah 6 orang dengan 3 ranjang bertingkat dan lemari yang
sudah disediakan dari ma’had hanya saja disarankan untuk membawa selimut
terutama bagi yang berasal dari luar jawa mengingat kondisi cuaca disini yang
dingin, sedangkan untuk para akhwat satu kamar terdiri dari 8 orang dengan
kondisi kamar yang lebih luas dari pada ikhwan dan pernyataan tersebut aku
peroleh dari teman satu kelasku karena sangat mustahil aku melihat sendiri.
Untuk peraturan di ma’had sendiri
sebenarnya tidak terlalu ketat seperti di Ma’had - ma’had pada umumnya, disini
hanya dilarang membawa benda tajam, membawa alat-alat masak, pemanas air ( heater
), hewan peliharaan dan juga dilarang memakai celana pensil bagi ikhwan.
Sedangkan untuk alat-alat elektronik seperti setrika, handphone,
Laptop/notebook atau alat-alat elektronik yang tidak memerlukan daya listrik
yang besar itu di perbolehkan. “Lalu bagaimana makannya ?” mungkin itu adalah
pertanyaan yang muncul dibenak teman-teman sekalian, kalau soal makan, Ma’had
menyediakan kantin yang letaknya tidak jauh dari mabna masing-masing yang buka
sampai jam 22.00 juga dengan harga yang relative murah. juga disini banyak
laundry pakaian yang akan memberi kenyamanan bagi seluruh mahasantri baru.
Bahagia di dunia dan di akhirat
adalah dambaan seluruh manusia, semua itu hanya akan menjadi angan belaka jika
semua tidak di mulai dari sekarang, salah satu caranya adalah dengan belajar
atau mencari ilmu. Bukankah kita tahu bersama bahwa “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka dengan ilmu,
barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan barangsaiapa
yang menghendaki keduanya juga dengan ilmu”. Tentu jika ditanya ingin memilih yang mana kita pasti akan
mejawab ingin bahagia di dunia dan akhirat. Salah satu tempat mancari ilmu
adalah sekolah atau kampus. Maka menurutku sekolah atau kampus yang ideal
adalah sekolah atau kampus yang mempelajari dan memperdalam kedua aspek
tersebut. Akan tetapi lupakanlah semua itu disini aku hanya ingin berbagi
ceritaku di UIN Maliki, Malang.
Mentari pagi di kota Malang dengan
segarnya udara pagi menemani langkah pertamaku memasuki UIN Malang ini. Setelah
mendapat kertas yang berisi nama mabna/pondok selama satu tahun, aku
melangkahkan kaki ku menuju mabna terebut, setelah sampai di depan mabna
pertamakali yang akan dilakukan adalah panitia atau yang dikenal dengan nama
Musyrif/Musyrifah akan memeriksa barang bawaan yang ada di dalam tas kita,
karena dikhawatirkan kita membawa benda-benda yang dilarang seperti yang
disebutkan diatas. setetelah selesai kita akan diantar ke kamar kita dan jika
kita datang lebih awal dari teman satu kamar, maka kita akan bebas memilih ranjang dan lemari mana yang akan kita
gunakan untuk satu tahun kedepan.
Ketika kehanagtan mentari digantikan
oleh kesejukan rembulan, saat itu kami para mahasantri baru menjalani yang
namanya placement test atau test
untuk penempatan kelas bahasa, kelas ta’lim afkar dan ta’lim Al-Qur’an. Testnya
berbentk pilihan ganda yang materinya menyangkut segala hal tentang agama mulai
dari macam-macam air, macam-macam haji dan lain-lain, khusus untuk test bahasa,
semua teks baik soal ataupun opsi adalah menggunakan dua bahasa yaitu arab dan
inggris. Hasil dari test tersebut yang nantinya akan menentukan kelas sesuai
kemampuan masing-masing. Setelah semuanya selesai maka saatnya mencicipi
ranjang baru untuk kemudian bertemu kedua orang tua dan orang-orang yang kita
sayangi lewat mimpi.
Dikala
matahari belum menampakkan wajahnya dan bumi malang masih diselimuti hawa
dingin, sekitar pukul 03.45 akan ada suara-suara yang akan memisahkan kita dari
indahnya dunia mimpi, suara itu berbunyi “istaiqidzuu…
istaiqidzuu….” (istaiqidzu artinya: Bangun dari tidur). Suara itu
berulang-ulang kali di kumandangkan oleh musyrif, terkadang para musyrif juga
melengkapi suaranya dengan dendangan gantungan baju (hanger) atau botol plastic
yang di pukulkan ke tembok-tembok kamar guna membuka mata kami para mahasantri baru
agr segera melaksanakan shalat subuh berjma’ah di masjid. Karena itulah aku
yakin selama satu tahun pertama di UIN Maliki Malang ini tidak akan terlambat
melaksanakan salah satu kewajiban sholat terutama sholat subuh berjama’ah. Setelah
shalat subuh dilanjutkan dengan membaca “wirdul
lathif” yaitu wiridan-wiridan yang
mirip dengan wiridan-wirdan yang termaktub dalam Al-ma’tsurat.
Saat
sunrise datang aku bersama
teman-teman sedang menjalankan aktifitas sehari-hari yaitu shabahul lughah. Shabahul lughah yaitu
pagi berbahasa, dilaksanakan tepat setelah selesai membaca wirdul lathif. Shobahul
lughah atau pagi berbahasa yaitu kegiatan yang dilakukan di sekitar kampus
dimana kita berkumpul sesuai kelas placement test yang kemarin, dan disitu
selama kurang lebih satu jam kita akan dilatih berbicara menggunakan bahasa
asing, yaitu 1 manggu pertama menggunakan bahasa Arab kemudian satu minggu
kedua menggunakan bahsa Inggris, kemudian satu minggu ketiga menggunakan bahasa
Arab dan begitu seterusnya, secara rutin kita akan berlatih berbicara
menggunakan 2 bahasa tentu dengan cara yang menyenangkan. Karena kita tahu
sebentar lagi kita akan memasuki yang namanya ASEAN CONUMITY, dimana akan
terjadi pasar bebas se-kawasan ASEAN. Dan salah satu cara agar kita bisa
bersaing dengan Negara-negara yang lain diperlukan bahasa yang universal yaitu
bahasa Inggris.
Jam
menunjukkan pukul 06.00, stelah shabahul lughah selesai dilanjutkan dengan yang
namanya Ta’lim Afkar, di dalam ta’lim afkar kita akan berkumpul sesuai kelas
placement test dan didalamnya kita akan mengkaji kitab kuning tentang fiqih dan
tauhid. Kitab yang dikaji adalah kitab “Tadzhib” dan kitab “Qami’u tughyan”. Dalam
kajian ini kita akan mengkaji fiqih dan tauhid secara lebih mendalam dan
disertai dalil-dalil yang menguatkan. Ta’lim afkar dilaksanakan pada hari
selasa dan kamis, sedangkan pada hari senin dan rabu kita akan melaksanakan Ta’lim
Al-Qur’an dn kitab yang dikaji adalah kitab “Tuhfah al-tullab”. Ta’lim akan
berakhir pada jam 07.00.
Kuliah regular dimulai pada pukul 08.10 hingga
jam 11.20 itupun dengan jadwal yang tidak terlalu padat, maksudnya bisa satu
hari hanya kuliah dari jam 08.10-09.50 saja dan aku rasa semua perguruan tinggi
adalah seperti ini dan pasti nanti teman-teman akan mengerti.
PPBA
(Program Pengembangan Bahasa Arab) adalah salah satu program yang menarik di
sini. PPBA adalah perkuliahan dimana diperuntukkan bagi mahasiswa baru selama 2
semester, disini khusus mempelajari bahasa arab mulai dari Istima’ (menyimak) Kalam
(berbicara) Qira’ah (membaca) dan Kitabah (menulis) tentu dengan kelas yang
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing mulai dari A-F. Kegiatan PPBA
dimulai pukul 14.00-16.30 dan 18.30-20.00 jadi kita akan merasakan kuliah di
malam hari.
Sebelum
PPBA malam hari atau ba’da maghrib kita akan melaksanakan kegiatan pondok yaitu
Diba’an, Tahsin Al-Qur’an, Pendampingan dan Muhadoroh. Semua itu dilaksanakan
satu hari satu kegiatan dan jadwalnya setiap mabna akan berbeda. Diba’an yaitu
bersholawat kepada Nabi Muhammad SAWdengan diiringi musik banjari, Tahsin Al-Qur’an
yitu memperbaiki bacaan Al-Qur’an, pendampingan yaitu ngaji bersama pendamping
dan tempat mencurahkan segala keluhan di pondok dan muhadoroh yaitu kita
belajar berpidato menggunakan 3 bahasa.
Setelah pulang dari PPBA adalah
saatnya beristirahat untuk kemudian bersiap mendengar suara Istaiqidzu di pagi harinya dan semua itu
rutin setiap hari terkecuali hari sabtu - minggu karena pada dua hari itu semua
kegiatan baik pondok ataupun universitas diliburkan.
selain
kegiatan rutin tiap hari kegiatan rutin bulanan seperti khataman Al-Qur’an
setiap kamis malam pada minggu terakhir.
Sekian ceritaku di UIN ini, terimakasih
sudah mau membaca ceritaku :)
Wassalamu’aliakum
Warrahmatullahi Wabarakatuh
UIN MAULANA MALIK
IBRAHIM
Melahirkan ULAMA
YANG INTELEK dan/atau
INTELEK YANG ULAMA
Malang, 09 Oktober 2014
Rico
supriyadi