Sepercik Iman Pembawa Bahagia
.jpg)
Matahari mulai
kembali ke tempat tiggalnya membuat langit berwarna jingga dan burung-burung
mulai kembali ke sarangnya masing-masing. Bertahun-tahun hidup di lingkungan
pesantren yang sesak membuat pikiran Nino mulai memikirkan bagaimana tentang
kehidupan di luar sana. Dia meminta kapada ayahnya untuk meneransfer sejumlah
uang untuk membeli telepon baru. Nino menyembunyikan telepon genggam dikamarnya
karena di pesantren tidak di bolehkan untuk mambawa hp. Dari sinilah nino mulai
kenal dengan dunia maya dan mulai bergaul dengan teman-temannya diluar sana
dengan jejaring sosial facebook, akan tetapi Nino tidak meninggalkan
kewajibannya sebagai seorang muslim dan tidak pula malas dalam mempelajari ilmu
agama.
Cerahnya mentari
kini berganti oleh indahnya cahaya rembulan dalam kegelapan, saat nino sedang
asyik chatting dengan teman-teman barunya tiba-tiba ada yang
memukul bahu nino “hay sedang apah kamu no ?” Tanya nina teman sepesantrennya
nino, dengan reflek nino langsung menyembunyikan hp barunya itu di belakang
kaosnya, “tti..tidak aku tidak sedang apa-apa, aku hanya sedang menghafal
Al-qur’an” jawab nino agak terbata-bata. “waah kamu memang santri yang rajin
dan pandai, tak salah jika aku mengagumimu” Jawab nina “terimakasih yah na kamu
memang sahabat terbaikku” kata Nino. “yasudah aku mau ke kamar dulu yah, aku mau tidur,
assalamu’alaikum” balas nina. Ketika para santriwan dan santriwati sedang
tertidur nino masih asyik dengan aktivitas barunya itu, hingga saat adzan subuh
berkumandang Nino baru memejamkan matanya.
“No..no ayuk kita sholat” ajak Asep teman satu kamar
Nino. “iyah sebentar sep aku masih ngantuk nih” jawab Nino. Semakin hari Nino
semakin malas untuk mengerjakan kewajibannya sebagai seorang muslim juga
sebagai seorang santri. Hingga akhirnya ada berita bahwa ibu Nino di rumah
sedang sakit keras. Mendengar berita itu langsung saja Nino membereskan
barang-barang pribadinya dan meminta izin kepada ustadz di pesantrennya untuk
izin pulang menjenguk ibunya yang sedang sakit keras.
Sesampainya dirumah, Nino terkejut melihat ibunya
yang masih terbaring dikamarnya dan bertanya kepada ayahnya “yaah, kanapa ayah
tidak membawa ibu kerumah sakit?” tanya Nino kepada ayahnya. “anakku, maafkan
ayah tetapi ayah tidak memiliki uang lagi untuk membawa ibumu ke rumah sakit,
semua habis untuk biaya pesantrenmu dan juga utuk membeli telepon ganggam yang
kau minta kemarin” jelas ayahnya. “tapi kenapa ayah tidak memberi tahu aku
bahwa ibu sedang sakit, jika aku tahu begitu maka aku pasti tidak akan meminta
telepon genggam baru” jawab nino dengan nada keras. Tak lama setelah Nino
bertengkar dengan ayahnya terdengar suara ibu “ninoo…itukah kau..?” dengan
cepat Nino menghampiri ibunya “iyah buu.. ini nino” jawab nino. “naak ibu hanya
berpesan padamu jadilah anak yang rajin, jangan mau dibawa oleh arus kehidupan”
kata ibu dengan nada penuh kesakitan. “iyah ibu” jawab nino sambil menahan air mata
yang ada di sudut matanya. Tak lama berselang setelah Nino menyeka air matanya,
ibu nino menghembuskan nafas terakhirnya “ibuuu…” teriak nino sambil menangis.
Kejadian itu membuat nino sangat membenci ayahnya
hingga Nino memutuskan untuk keluar dari pesantren dan pergi dari rumah. Nino
memutuskan untuk tinggal bersama dengan temannya yaitu Niko. Bersama Niko, Nino
hidup jauh berbeda dengan biasanya. Nino mulai mabuk-mabukan dan mulai
terjerumus dalam lingkaran syaitan. Hingga pada suatu hari saat Nino dan Niko
sedang mabuk tetapi karena Niko sudah biasa jadi Niko tidak terlalu kehilangan
kesadarannya, hal itu berbeda dengan Nino yang kehilangan kesadaran sepenuhnya,
Nino secara tidak sadar berjalan kearah jalan raya, dan dari arah yang
berlawanan melaju truck besar dengan sangat cepat dan melindas tubuh Nino
hingga Nino meninggal dunia saat itu juga.
Melihat kejadian
tersebut membuat Niko tersadar akan dosa-dosanya yang telah ia perbuat selama
ini dan ingat pesan kedua orang tuanya saat masih hidup bahwa “jadilah anak
yang sholeh dan berguna untuk nusa, bangsa dan agama”. Niko memutuskan untuk
pergi dari kehidupan kelamnya dan hidup di pesantren Ar-rahman tempat temannya
dulu menjadi santri. Disana ia menjadi santri yang rajin dan pandai, ia cepat
belajar masalah agama dan cepat pula dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.
Sampai pada saat Niko
sholat subuh Niko terkena serangan jantung akibat terlalu sering mengonsumsi
minuman keras dan Niko menghadap sang khalik saat tersujud dan dengan wajah
yang tersenyum.
By : Rico supriyadi
By : Rico supriyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar