Blue Fire Pointer

Pages

Categories

Kamis, 19 Februari 2015

SYAUQY VII (Menggapai Indahnya Cinta Bersama Al-Qur’an) PART 3

SYAUQY VII
(Menggapai Indahnya Cinta Bersama Al-Qur’an)
PART 3
Senja di kota Malang, pancaran mentari jingga menyepur seluruh permukaan di kota ini, di pasar Merjosari yang terletak tak jauh dari kampus UIN Maulana Malik Ibrahim ku lihat para pedagang mulai menutup tempat dagangannya. Tampak beberapa dari mereka menutup dagangannya dengan wajah yang gembira karena mungkin mendapatkan banyak keuntungan dari hasil dagangannya dan ada pula yang menutup warung dagangannya dengan wajah yang kurang senang.
Bapak yang berkumis tebal itu tampak kesal saat menutup warung dagangannya, beliau adalah salah satu penjual buah-buahan yang ada di pasar itu. jika buah-buahan dari pedagang yang lainnya sudah banyak yang habis tapi saat kulihat tumpukan buah-buhan bapak berkumis itu tampak masih rapih, hanya terlihat gundukan jeruk dan apel yang sudah tidak rapih lagi, dan kotak buah manga yang renggang-renggang yang menandakan beberapa dari isinya sudah ada yang membeli. ku arahkan mataku ke penual baju, tampak baju-baju yang lucu untuk anak-anak dan berbagai jenis baju untuk usia remaja hingga dewasa dengan berbagai gambar, bentuk dan warna. Aku sempat bingung dengan baju anak-anak berwarna merah yang bertuliskan “Kera ngalam”. Pikirku saat itu berkata sangat tak pantas sekali baju anak-anak dengan tulisan seperti itu, tapi setelah bertanya kepada teman yang asli orang malang ternyata ya begitulah tradisi malang, tapi bukan mengajari anak untuk berkata kotor tapi budaya malang yaitu membalikkan kata, seperti “ngalam” itu berarti “Malang” sehingga baju yang bertuliskan “Kera ngalam” tadi sebenarnya maksudnya “Arek Malang”. Arek berarti anak atau orang. hampir semua teman-temanku yang asli malang melakukan hal itu seperti saat ditanya apa kabar mereka menjawab “tahes” atau saat ku katakan pada mereka aku tunggu di kampus yah, temanku jawab “oyi”. Ya inilah Indonesia dengan berbagai keunikannya, berbagai bahasa, adat dan budaya.  Aku bangga menjadi anak Indonesia. “Tuhan, Negeri ini indah, bantu kami menjaganya”.  :)
Sepedaku melaju cepat menembus jalan yang memang tak terlalu ramai. Karena bosan dengan suasana kampus, jadi sejak ba’da ashar aku memilih untuk menghapal di taman Merjosari yang kebetulan letaknya berhadap-hadapan dengan pasar Merjosari. Ku kayuh sepedaku menuju kampus kembali karena sekarang sudah pukul 17.30 dan maghrib disini adalah pukul 18.00 lain dengan kota kelahiran ku yaitu terkadang pukul 18.05 atau 18.10 bahkan pernah saat bulan Ramadhan, waktu maghribnya pukul 18.15 atau bahkan 18.20.
Ba’da maghrib adalah waktu yang sakral bagi para peserta syauqy, tak perduli walaupun lapar datang menghantam perut, dering hp yang bertalu-talu bahkan walaupun si doi yang mengirim pesan pun kami tetap duduk bersandar dan melanjutkan hapalan hingga isya datang karena khawatir hapalan yang kami hapal hilang yang berakibat pada hancurnya hapalan saat setoran yang sudah di depan mata, ya sejak ku ikuti acara ini rasanya setoran adalah saat-saat paling menegangkan, karena jika setorannya tidak lancar, maka tidak boleh melanjutkan hapalan alias mengulang dan jika hal itu terjadi rasanya sia-sia waktu yang terlewati jika akhirnya besok harus menghapal ayat yang sama.
Adzan isya berkumandang memecah keheningan, suara indah yang selalu menemani perputaran bumi. masjid yang tadinya hanya diisi oleh peserta SYAUQY, kini mulai ramai kembali dengan wajah-wajah yang tenang dan penuh kerinduan dengan penciptanya, ya mereka inilah yang bukan termasuk orang munafik seperti yang di sabdakan nabi bahwa “shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya’ dan subuh” ( HR Ahmad)
Saat shalat isya telah ditegakkan dan saat ruh telah terisi, ku ambil kembali mushafku dan kembali aku perlancar hapalanku, ya inilah saat yang di tunggu-tinggu yaitu setoran hapalan. Sekarang aku kan menyetorkan 2 halaman dari pertengahan juz 1. Setelah sedikit mengulang hapalan ku beranikan diri untuk menghadap mustami’ dan Alhamdulillah hapalanku lanjut, yah walaupun masih banyak kesalahan disana sini.
Beginilah ku isi waktu liburanku, bertahan di tanah yang sangat asing untuk lebih mengenal sang maha cinta, dengan sedikit mengorbankan rasa rindu tanah kelahiran, ku lalui hari demi hari hingga genap 1 bulan. Kebersamaan yang terjalin selama satu bulan kini meninggalkan rindu yang amat mendalam. Rasanya 1 bulan berlalu begitu cepat, SYAUQY VII kini hanya tinggal dalam kenangan, kini tibalah masanya untuk menapaki kehidupan yang sebenarnya, tidak akan ada lagi yang mewajibkan untuk setoran siang dan malam, tak akan ada lagi suasana yang hening untuk menghapal bersama. Semua akan terganti oleh hiruk pikuk suasana kuliah, waktu setoran akan tergantikan oleh waktu mengerjakan makalah. Ya hanya mereka yang benar-benar serius yang akan melanjutkan kebiasaan baiknya.
Hanya sebuah lagu ciptaan salah satu peserta SYAUQY VII yang akan mengingatkan kita akan moment-moment indah hari itu. SYAUQI VII memang telah berakhir, tapi bukan berarti semangat dan cita-cita kita untuk membahagiakan orang tua dengan menghapal kalam illahi juga berakhir. Ini bukan akhir, ini adalah awal dari perjuangan yang sebenarnya. Selamat berjuang kawan, semoga kita senantasa di beri keistiqamahan dan semoga kelak kita akan berkumpul kembali, bukan hanya di dunia, tapi juga di jannahnya Allah SWT, aamiin ya rabbal ‘alamin


Terimakasih sudah membaca kisah liburanku, ini adalah lirik lagu ciptaan salah satu peserta SYAUQY VII … J Tamat.

Syauqy VII
(Menggapai Indahnya Cinta Bersama Al-Qur’an)

Hey kamu jangan pernah lupakan aku
Kita pernah bersama disini
30 hari yang menggembirakan
Di SYAHRUL QUR’ANY VII
Bangun pagi shalat malam walaupn masih mengantuk
Tak ada kata patah semangat
Pagi hapalan, siang hapalan, malampun hapalan
Oh SYAUQY, SYAUQY VII, SYAUQY VII
Menggapai indahnya cinta bersama Al-Qur’an….
Kalau pagi hapalan sambil berjalan-jalan
Kalau malam hapalan sampai ketiduran
Apalagi saat setoran
Kok ayatnya membingungkan (bullet kabeh)
SYAUQY VII pasti kan ku kenang
Sampai tua nanti takkan terlupakan
Ku kan tertawa sendiri
Mengenang kisah kita ini
Oh SYAUQY, SYAUQY VII, SYAUQY VII
Menggapai indahnya cinta bersama Al-Qur’an….

SYAUQY VII ...

previous part 2 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About