Blue Fire Pointer

Pages

Categories

Minggu, 28 Desember 2014

Kita Bagaikan Pohon Pisang

Kita Bagaikan Pohon Pisang
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah ) bagi orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata ) “Ya tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini sia-sia; maha suci engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (Q.S Ali Imran : 190-191 )
            kala sang fajar telah terbit, ketika dingin mulai tergantikan oleh kehangatan, pikiranku melayang ke kota asal kelahiran, yang kini terpisah oleh jarak dan waktu yang kian membentang.
            Hari itu, pagi 25 desember 2014, saat liburan akan datang membawa kebahagiaan, ku buka Laptop pinjaman dari kakaku dan mulai ku telusuri dunia luar dari dalam kamar. kerinduanku pada orang-orang yang telah kukenal mendorongku untuk membuka salah satu situs jejaring sosial yaiu facebook. Kerinduan, keharuan dan kebahagiaan bercampur menjadi satu manakala kulihat kini Forum dakwah yang dulu kami rintis kini telah mencapai jilid – 3
            Khayalanku pun melayang membayangkan betapa manisnya saat itu. Saat dimana kami mempunyai satu pikiran membuat forum dakwah yang dikenal dengan “Rohis” di kota kami tinggal, Cilegon. Bukan popularitas atau mengikuti trand yang kami jadikan landasan mendirikan forum ini, melainkan untuk bersama-sama memperbaiki diri, melihat betapa rapuhnya akhlak pelajar zaman sekarang, bersama-sama menyuarakan keindahan islam di kota ini untuk akhirnya  bersama-sama bergandengan tangan mencari ridha-Nya. Banyak yang satu pikiran, tapi seleksi alam membuat beberapa dari kami harus berpisah. Keraguan pun datang menghantam batin, tak mungkin bisa mendirikan forum setingkat kota yang harus merangkul seluruh sekolah SMA di kota ini.
            Masih tergambar jelas dalam benak kami sosok 2 orang yang amat kami cinta dan sayangi, yah, beliau sudah kami anggap sebagai orang tua baru bagi kami, bimbingan dan nasehatnya selalu mengiringi langkah kami dalam berdakwah, bahkan tak jarang beliau beliaulah yang berkorban untuk kami. Karena beliau-beliaulah hati kami menjadi kuat dan tekad kami pun sudah menjadi harga mati untuk terus memperjuangkan forum ini. Jatuh, bangun, susah, sedih, tangis, canda dan tawa mengiringi langkah kami dalam menjalankan apa yang telah kami cita-citakan bersama.  
            Kini kami telah belajar banyak, kami telah belajar tentang apa arti memberi dan keikhlasan, bagaikan pohon pisang yang terus berjuang hidup menghasilkan buah yang nikmat. Terus hidup walaupun daunnya sering hilang baik dimakan hewan ataupun di pangkas oleh orang-orang untuk membuat kue tradisional. Untuk akhirnya menghasilkan buah pisang yang lezat.  Begitu pula kita, yang harus selalu berusaha memberi manfaat kepada orang lain, karena “sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain”
Satu yang menarik dari pohon ini. Pohon pisang hanya berbuah 1 kali, setelah berbuah pohon pisang di tebang dan di sekelilingnya bermunculan tunas-tunas kecil yang banyak jumlahnya. Kemudian tunas itu akan tumbuh dan berbuah dan menghasilkan tunas-tunas kecil lagi dan begitu seterusnya,
Itulah yang dakwah, yang tak boleh berhenti selama bumi yang indah ini masih kita pijaki dan itulah kami rasakan sekarang, kami dulu hanya tunas-tunas kecil dari 2 pohon yang besar, dari 2 pohon itu kami tumbuh dan menghasilkan buah, untuk kemudian kami menyatu kembali kepada tanah dan menjadi pupuk untuk tunas yang kami hasilkan, yah, masa bhakti kami hanya 1 periode, dan selama 1 periode itu kami telah berusaha dan berjuang dengan keras untuk bisa bermanfaat dan menghasilkan buah yang nikmat, setelah itu kami hanya bisa memupuk, membantu dan memotivasi kalian wahai tunas yang baru untuk terus menjalankan roda organisasi dan sekaligus melanjutkan estafet dakwah sekolah ini.
Perjuangan dan kelelahan yang dulu kami rasakan kini berganti dengan kerinduan yang teramat mendalam.
Dan semua cerita indah itu tertulis rapi dalam album kenangan yang berjudul :

“- FoR-C – “ ( Forum Rohis – Cilegon ) :”) 

Kamis, 25 Desember 2014

Selamat Kembali di Syurga Kecil Kawan

Selamat Kembali di Syurga Kecil Kawan

Dikala mentari mulai memancarkan sinar emasnya, kicauan burung-burung nan cantik ku dengar lebih merdu dibandingkan hari-hari biasanya seakan enggan melepaskan sesuatu, alunan music perpisahan dengan lirih ku dengar. Kemarin, tanggal 23 Desember 2014, kami mahasantri ibnu sina mengadakan perpisahan mabna bersama para musyrif dan murobbi juga hadir pengasuh mabna ibnu sina.
Acaranya sederhana, hanya kata-kata perpisahan dari musyrif dan murobbi kepada mahasantri dan dilengkapi dengan mauidzah hasanah dari pengasuh mabna dan diakhiri dengan berdo’a bersama yang dilanjutkan dengan foto bersama keluarga besar mabna ibnu sina, tampak wajah-wajah berseri di muka teman-temanku karena sebentar lagi mereka akan bertemu dengan keluarga mereka di rumah, bertemu orang tua, saudara-saudara dan teman-teman semasa SMA.
Tergambar jelas dalam benakku wajah bahagia orang tua mereka saat anaknya telah kembali setelah satu semester (kurang lebih 6 bulan) berpisah. Dapat dipastikan mereka akan bercerita tentang pengalaman selama di pondok ini. Suka, duka, manis, pahit, canda dan tawa yang mereka alami di pondok akan mengisi cerita mereka yang mungkin akan mereka ceritakan berulang kali karena pasti banyak yang bertanya di waktu yang berlainan. Perasaan haru dan bangga pasti dirasakan orang tua mereka kepada anaknya, yah pasti akan tercipta suasana nyaman setelah berbulan-bulan terpisah.
Begitu juga denganku, aku merasakan kebahagiaan manakala liburan ini datang. Walaupun dalam hatiku kadang terlintas perasaan sedih bercampur rindu yang teramat karena tidak bisa pulang ke kampung halaman, karena disini ada acara yang sangat ingin aku ikuti. Yah aku telah memutuskan untuk menahan rasa rindu ini untuk menghilangkan hasratku yang haus akan ilmu. aku teringat kata-kata dari sahabatku yang juga merupakan alumni pondok pesantren yang mengatakan bahwa “carilah ilmu sebanyak mungkin, ukir prestasi disana, tentu kamu tidak maukan pulang hanya membawa kerinduan semata.”

Mungkin besok atau lusa suasana disini akan sangat jauh berbeda dari biasanya, tidak ada lagi yang membangunkan saat tiba waktu subuh, tidak ada lagi obrolan santai sebelum tidur, tidak ada lagi suasana diskusi untuk memecahkan masalah, atau perdebatan karena berbeda pandangan dalam melihat sesuatu. Kamar ini akan terasa terlalu luas juga Kampus yang luas ini akan senyap dalam waktu kurang lebih satu bulan.
Perpisahan mabna yang telah diselenggarakan pada hakikatnya bukan hanya untuk berpisah dengan teman-teman satu mabna saja, akan tetapi pada hakikatnya acara itu menjadi penanda berpisahnya teman-teman satu kelas reguler juga berpisahnya teman-teman kelas Pusat Pengembangan Bahasa Arab (PPBA)
Tak apalah kurasakan hal ini demi mewujudkan mimpi-mimpiku. Selamat jalan kawan, selamat jalan Teman-teman Ibnu Sina, Selamat jalan teman-teman PAI-E dan selamat jalan Teman-teman PPBA B-10 semoga kalian selamat sampai di syurga kecil kalian.
ku tunggu makanan khas dari daerah kalian masing-masing yah …

sampai jumpa lagi di semester II J

Senin, 15 Desember 2014

UAS & UN Siapa Takut !

UAS & UN
Siapa Takut !

Ujian Akhir Semester dan Ujian Nasional terkadang menjadi momok yang menakutkan pada kalangan pelajar bahkan mahasiswa. Hal tersebut rasanya wajar dirasakan karena dengan ujian tersebut kita akan menentukan hasil perjuangan belajar kita selama berhari-hari berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Terutama pada Ujain Nasional (UN) merupakan akhir dari perjuangan pelajar SMA selama 3 tahun, tak perduli hujan, panas dan badai sekalipun tetap akan di terjang demi mencari keridhaan Allah SWT karena dalam sebuah hadits dikatakan bahwa “Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah SWT akan memudahkan baginya jalan menuju syurga”. Akan tetapi jika ternyata Ujian Nasional mengalami penurunan yang sangat drastis rasanya pengorbanan itu akan terasa sia-sia walaupun pada hakikatnya tidak ada yang sia-sia di bumi cinta ini.
Di sini saya akan sedikit berbagi tips bukan bagaimana mendapat nilai UAS dan UN yang tinggi, akan tetapi saya akan berbagi tips agar tenang saat menghadapi UAS dan UN. Semoga bermanfaat….
  1.  Sebelum berangkat jangan lupa minta do’a restu dari orang tua. Jangan malu untuk mengatakan “bu/pak saya akan menghadapi UAS/UN tolong do’akan saya yah pak/bu”. karena walaupun  kedua orang tua tidak akan berhenti mendo’akan anaknya, tapi alangkah lebih nikmatnya jika do’anya ada kekhususan untuk ujian akhir ini.
  2. Cek kembali peralatan untuk ujian, pastikan tidak ada yang tertinggal. Jangan malu untuk membawa peralatan ujian secara lengkap, jangan korbankan konsentrasi teman dengan meminjam peralatan ujiannya, dan jangan lupa cek kartu peserta ujian sudah masuk tas ataukah belum.
  3. Datang 15 menit sebelum ujian dimulai, karena datang tepat waktu apalagi terlambat akan membuat kita merasa tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas yang berakibat ketidaktelitian dalam mengerjakan soal.
  4. Sebelum mengerjakan soal ujian, berdo’alah kepada Allah SWT dzat yang maha mengetahui segala sesuatu dan yang maha mendengar agar diberi ketenangan hati dan dimudahkan dalam mengerjakan soal ujian.
  5. Kerjakan soal ujian dengan teliti, khusus untuk Ujian Nasional jangan mengerjakan soal semua terlebih dahulu lalu melingkarinya. akan tetapi kerjakan misalnya 5-10 soal terlebih dahulu, kemudian beristirahat sembari melingkari jawaban, karena jika terus berfikir bisa jadi pelajaran yang sudah dihafal akan hilang karena otak mengalami kelelahan. Ini adalah saran dari guruku sewaktu MAN dulu.
  6. Setelah selesai mengerjakan semua soal mata pelajaran yang di ujikan ucapkanlah hamdalah dan serahkan sisanya kepada Allah SWT. Jangan terlalu dipikirkan bagaimana hasilnya nanti.
  7. Point-point diatas adalah untuk mereka yang sudah dekat menghadapi ujian, akan tetapi alangkah lebih baiknya  jika kita mempersiapkan untuk ujian tersebut sedari dini yaitu dengan berprilaku mahmudah ( yang baik )karena selain sudah diperintahkan oleh sang maha kuasa, hal itu juga akan berdampak pada baiknya nilai kita di sekolah. Karena pada dasarnya guru tidak menilai hanya dari hasil tes tulis saja, akan tetapi menilai dari kesehariannya. Jika nilai sehari-hari sudah baik, rasanya UN bukanlah hal yang menyeramkan. Dan yang terakhir dan merupakan yang paling penting adalah
  8.  Niatkan semuanya hanya untuk beribadah kepada Allah SWT


Semoga artikel ini bermanfaat dan selamat berjuang kawan J

Ma’annajah fi imtihanikum ya ashdiqoi

Rabu, 10 Desember 2014

Jangan Sampai Salah Niat

Jangan Sampai Salah Niat
Manfaat sholat bagi kesehatan, khasiat air yang telah dibackan Al-Qur’an, manfaat membaca dan mendengarkan Al-Qur’an bagi ketenangan manusia, manfaat membaca Al-Qur’an bagi kesehatan mata dan berbagai penelitian-penelitian lain yang membahas bahwa islam adalah agama yang amat bermanfaat bagi manusia.  Hal itu memang bermanfaat untuk menambah keyakinan kita bahwa islam adalah agama yang syamil atau sempurna dan penelitian seperti itu juga menjadi salah satu penyebab banyaknya kaum yang belum memeluk agama islam menjadi memeluk agama islam. Akan tetapi bagaimana dengan kaum yang sudah menganut agama islam sedari dulu ? akankah hal itu akan menggeser kemurnian niat kepada Allah S.W.T menjadi melakukan sesuatu karena alasan-alasan ilmiyah ? bukankah kita telah diajarkan bahwa sholat itu hanya diniatkan kepada Allah S.W.T bukan untuk mendapatkan kesehatan atau menenangkan hati ?
Dalam sebuah seminar yang membicarakan tentang dzikir dalam prespektif fisika yang diadakan oleh UIN MALIKI Malang, pemateri yang selain dosen dalam mata kuliah fisika akan tetapi juga menguasai ilmu di bidang agama islam, beliau mengatakan bahwa segala penelitain ilmiyah bukan untuk dijadikan patokan dasar memahami agama yang amat luas ini. Jika ternyata penelitian menyatakan bahwa membaca Al-Qur’an tidak bermanfaat atau mendengarkan music klasik ternyata lebih bermanfaat daripada mendengarkan Al-Qur’an, akankah kita tetap membaca dan mendengarkan lantunan ayat yang suci itu ? beliau juga menambahkan bahwa bisa jadi seseorang yang sudah sholat akan tetapi masih senang melakukan kemungkaran disebabakan oleh niatnya yang salah yaitu hanya untuk kesehatan tubuh.
Kawan-kawanku yang sama-sama mengharapkan ridha Allah S.W.T

Memang tugas kita sebagai kaum terpelajar untuk membuat apa-apa yang telah diperintahkan Allah S.W.T menjadi bisa dipahami oleh rasional untuk lebih memantapkan keyakinan kita dan membuat kaum yang belum bisa merasakan kedahsyatan agama yang suci ini menjadi bersama-sama menikmati keindahan agama Ini. Akan tetapi janganlah hal itu membuat kita menuhankan pikiran atau mengesampingkan niat kita yang suci. Bukankah dalam setiap sholat kita bersumpah bahwa sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah S.W.T ? oleh karena itu mari kita bersama-sama membenahi niat, karena segala sesuatu tergantung pada niatnya. Niatkan segalanya hanya kepada Allah SWT. Sulit memang, akan tetapi, bukankah Allah S.W.T tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai kaum tersebut merubahnya sendiri ? semoga Allah S.W.T senantiasa merahmati segala niat baik kita. Aamiin  

Senin, 01 Desember 2014

Filosofi Cerita Kura-kura dan Kancil



Filosofi Cerita
Kura-kura dan Kancil

 Suatu hari kura-kura dan kancil berdebat tentang siapa yang lebih cepat. Mereka menyetujui jalur tertentu untuk bertanding dan mulailah mereka bertanding.
Sang kancil melesat dengan cepat, dan setelah jauh melampaui kura-kura, dia berhenti sejenak di bawah pohon untuk beristirahat memulai lagi perlombaannya.
Sang kancil terduduk di bawah pohon dan akhirnya tertidur. Kura-kura berhasil melampauinya dan keluar sebagai juara. Sang kancil terbangun dan mendapatkan dirinya kalah dalam perlombaan tersebut.
Maksud dari cerita ini adalah “mereka yang lambat, apabila konsisten, akan dapat memenangkan pertandingan”.

Ini adalah cerita yang biasa kita dengar sejak kecil. Baru-baru ini seseorang bercerita versi baru yang lebih menarik.
Rupanya ceritanya bersambung…..
Sang kancil sangat kecewa dengan kekalahannya, lalu melakukan analisis penyebabnya. Dia sadar bahwa dia kalah karena terlampau percaya diri, kurang hati-hati dan terlena. Kalau saja dia bisa lebih waspada, maka tidaklah mungkin kura-kura bisa mengalahkannya. Lalu ditantang lagi kura-kura tersebut untuk melakukan lomba ulang, yang disetujui oleh kura-kura.
Dan kali ini sang kancil menang mutlak, karena dia berlari tanpa henti.
Maksud dari cerita ini adalah: “cepat dan konsisten akan mengalahkan yang lambat dan konsisten”.

Kalau ada dua orang di perusahaan atau di kelas, yang satu lambat dan handal sedangkan yang satu lagi cekatan dan handal, maka yang cepat dan handal akan maju lebih cepat.
Lambat asal konsisten itu bagus. Akan tetapi lebih bagus lagi kalau cepat dan konsisten.

Tetapi ceritanya tidak hanya sampai di sini. Kali ini sang kura-kura mulai berpikir dan sadar bahwa tidaklah mungkin berlomba dengan kancil pada jalur seperti yang lalu.
Setelah berpikir keras, kali ini kura-kura menantang sang kancil untuk berlomba lagi pada jalur perlombaan yang berbeda.
Sang kancil setuju. Mereka mulai berpacu dan sang kancil berlari dengan cepat tanpa berhenti sampai akhirnya terpaksa berhenti di tepi sungai, karena harus menyebrang. Rupanya garis finishnya terletak beberapa ratus meter setelah tepi di sebrang sungai.
Sang kancil bingung harus berbuat apa dan tak lama kemudian muncul kura-kura menyusul dan dengan santainya menyebrang sampai ke garis finish dan memenangkan pertandingan.
Maksud dari cerita ini adalah : “pertama, temukan kompetensi inti anda kemudian carilah tempat bertanding yang sesuai dengan kompetensi inti anda”.
Di perusahaan atau di kelas kalau anda pandai bicara, carilah kesempatan untuk memberikan persentasi sehingga pimpinan anda bisa melihat kemampuan anda.
Kalau kekuatanmu menganalisis, carilah peran yang membutuhkan analisis.
Kalau kekuatanmu adalah mengorganisir, carilah peran untuk mengorganisir sesuatu kegiatan penting agar perusahaan tau bahwa anda mungkin pantas menjadi manager.

Bekerja pada kekuatanmu bukan hanya menunjukan kehebatanmu, akan tetapi juga menciptakan kesempatan untuk maju dan berkembang.

Ceritanya belum selesai lho…
Kali ini sang kancil dan kura-kura menjadi bersahabat, dan mulai memikirkan solusi masalah bersama-sama. Keduanya sadar bahwa lomba yang terakhir bisa dilakukan dengan jauh lebih baik. Jadi mereka memutuskan untuk melakukan perlombaan lagi, hanya kali ini mereka berlari dalam satu team.

Mereka mulai berlari….
Awalnya sang kancil menggendong kura-kura sampai ke tepi sungai, kemudian disini kura-kura yang menggendong kancil untuk menyebrang sungai. Di sebrang satunya, kancil mulai menggendong kura-kura lagi sampai garis finish. Sampai di garis finish, keduanya merasa puas karena berhasil tiba dengan waktu yang jauh lebih cepat dari lomba sebelumnya.
Maksud dari cerita ini adalah : “Bagus menjadi orang yang brilian dan mempunyai potensi inti yang kuat, akan tetapi tanpa bisa bekerjasama dalam suatu team dan menjalin masing-masing kompetensi inti, hasilnya tidak akan maksimal, karena selalu ada situasi  dimana anda berkinerja kurang, sedangkan rekannya lebih baik”.
Kerjasama adalah masalah kepemimpinan yang sesuai dengan situasi, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada seseorang yang memiliki kompetensi inti yang sesuai dengan situasi untuk mengambil alih kepemimpinan.

Ada lagi yang dapat dipelajari di sini
Catat bahwa baik kancil maupun kura-kura tidak pernah menyerah setelah mengalami kegagalan. Bahkan sang kancil bekerja lebih keras setelah kegagalannya. Sedangkan kura-kura mengubah strateginya, karena dia sudah berusaha sekuat tenaga.
Dalam hidup, kalau kita mengalami kegagalan, terkadang bisa diatasi dengan bekerja lebih keras dan menambahkan usaha, terkadang akan lebih cocok untuk mengubah strategi dan melakukan sesuatu yang berbeda dan terkadang lebih cocok melakukan keduanya.
Baik kura-kura ataupun kancil juga belajar sesuatu pelajaran yang sangat penting. Kalau kita berhenti berkompetisi dengan saingan kita, lalu mulai berkompetisi dengan situasi, kita akan mendapatkan kinerja yang jauh lebih baik. Sama halnya dengan kancil dan kura-kura yang saling berkompetisi dan mulai memikirkan cara yang tepat untuk mencapai garis finish lebih cepat.

Ringkasnya, cerita ini mengajarkan banyak hal pada kita. Pelajaran yang penting adalah :
1.   Bahwa cepat dan konsisten akan selalu lebih baik daripada lambat dan konsisten.
2.   Berperanlah pada kompetensi inti
3.   Kumpulkan kekuatan dan bekerja di dalam team akan selalu mengalahkan jagoan individu
4.   Jangan pernah menyerah kalau gagal dan
5.   Bersainglah melawan situasi, jangan melawan pesaing.

Semoga cerita ini bermanfaat 

Senin, 24 November 2014

Permata yang Hilang

Permata yang hilang
Langit hitam mulai memancarkan cahaya emas di sudut timur dunia, menghangatkan bumi dari dinginnya malam, pagi 10 dzulhijjah 1435 H, pagi itu suasana hati Riki sangat tak menentu, walaupun disisi lain hati Riki merasa bahagia karena sedang merayakan hari idul adha akan tetapi entah apa yang terjadi di rumahnya atau hal lain yang membuat pikirannya merasa tidak nyaman. Setelah selesai melaksanakan sholat idul adha, berjam-jam Riki mencoba menemukan jawaban mengapa pikirannya amat tidak nyaman, dia mencoba menelpon keluarganya dirumah, tetapi ibunya berkata bahwa semuanya berjalan baik-baik saja. jawaban itu tidak semena-mena membuat hati Riki nyaman, pikirannya tetap melayang-layang, entah apa yang dipikirkannya.
Tiba-tiba Riki teringat dengan perkataan ketua organisasi yang dia  ikuti,  bahwa hari ini Riki bersama teman-teman LDK (lembaga dakwah kampus) akan melakukan kurban di sebuah panti asuhan di kota yang saat ini Riki berkuliah  yaitu kota Malang. Pikiran Riki tentang keadaan keluarga di provinsi Banten pun dibiarkan berlalu begitu saja walau dalam hati amat mengganjal.
Sepeda motor melaju dengan kecepatan sedang, menembus cuaca kota Malang yang mulai menghangat. Pemandangan indah yang ditawarkan kota Malang disepanjang perjalanan membuat pikiran Riki mulai tenang.  Semua berjalan lancar, sang ikhwan menguliti dan memotong-motong bagian dari daging tersebut untuk dibagikan kepada anak-anak panti asuhan dan sebagian kecil yang lain untuk dimakan bersama, sedangkan teman-teman akhwat memasak potongan daging kambing yang telah dipotong kecil menjadi sate kambing. Tentu tenaga kipas sate adalah ikhwan juga. mulai dari penyembelihan seekor kambing hingga pembagian masakan daging kurbanpun berjalan lancar, kemudian Riki bersama teman-teman LDK menyantap masakan buatan mereka  yang masih tersisa.
Matahari kebali bersembunyi dibalik singgasananya, langit sesaat menjadi jingga dan kemudian berubah menjadi hitam. Saat itulah Riki bersama semua rombongan berpamitan kepada pemilik panti asuhan untuk menuju ma’had sunan ampel al-'aly tempat Riki tinggal sekarang, sedangkan yang lain pulang menuju kostan mereka masing-masing. Setelah sampai di ma’had/pondok Riki tak lupa melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim dan sesaat setelah itu Riki merebahkan tubuhnya diranjang hingga akhirnya terlelap melupakan segala aktifitas yang telah terjadi pada hari kemarin, sedangkan di luar, bulan bercahaya terang yang sinarnya sampai kepada kota asal kelahirannya di kota Cilegon.
Dinginnya malam membangunkan Riki walau saat keadaan lelah Riki memaksakan diri untuk bangun demi berkomunikasi dengan dzat yang telah menciptakan dirinya. Riki hanyut dengan munajatnya dengan sang maha pendengar hingga adzan subuh dikumandangkan. Matanya yang memerah dikarenakan kantuk membuat Riki merebahkan tubuhnya kembali saat telah ibadah subuh dan membaca wirdullathif.
Tak sampai 1 jam Riki merebahkan tubuhnya, handphone Riki berdering. Karena belum terlalu lelap, Riki mendengar dering hp tersebut dan melihat bahwa yang menelpon adalah bernama “Bapak” yang menunjukan bahwa yang menelpon adalah orang tuanya entah ibu atau ayahnya. Sura itu terasa amat lembut akan tetapi sedikit menahan rasa sedih, mungkin karena kesedihannya yang terlampau tinggi hingga sesaat saja Riki sudah merasa bahwa yang akan di bicarakan oleh yang menelvon sekarang adalah bukan berita bahagia.
“Hallo… Assalamu’alaikum”  terdengar suara wanita yang amat Riki kenal, teranyata yang menelvon adalah ibunda Riki. “Oh Wa’laikumsalam Wr.Wb bun” jawab Riki dengan nada mulai khawatir. “ada apa bun ?” Tanya Riki “oh ndak ada apa-apa, ibu Cuma mau tahu kabar kamu, kamu bagaimana di Malang ? apakah kamu kerasan disana ? lalu apakah teman-temanmu sudah pulang? Katanya mereka kemarin pulang ke rumah mereka masing-masing” Tanya ibunda Riki dengan nada yang halus akan tetapi masih terdengar dengan jelas sedang menyembunyikan sesuatu. “kabar aku baik-baik saja bun, disini aku amat betah karena keinginanku kan dari dulu ingin seperti ini, menjadi santri yang tinggal di pondok dan Alhamdulillah teman-temanku sudah kembali lagi dari kampung halaman mereka” jawab Riki menyembunyikan apa yang ia rasakan tentang ibundanya. “Rik, ibu boleh mengatakan sesuatu kepadamu”? Tanya ibunda Riki  “ah tentu bu, katakanalah apa yang ingin ibunda katakan” jawab Riki, saat itu perasaan Riki semakin memburuk, merasa bahwa yang akan dikatakan ibundanya adalah hal-hal yang tidak membuat dia tersenyum. “akan tetapi setelah ibu mngetakan ini kepadamu kamu harus berjanji kamu tidak akan sedih ataupun marah yah kepada ibu”  kata-kata ibunda membuat Riki merasa bahwa perasaan tidak nyaman kemarin akan terjawab pada saat ini. “iyah bun katakanlah apa yang ingin ibunda katakan” jawab Riki. “sebenarnya ibu ingin mengatakan hal ini sejak kemarin akan tetapi ibu khawatir dengan keadaan kamu, karena kamu sedang sendiri di pondok dan jika ibu katakan kemarin ibu khawatir akan merusak suasana acaramu nak. Sebenarnya.....  nenekmu telah tiada sejak satu hari sebelum hari raya nak.” Suara itu seperti petir yang menyambar di siang bolong, Riki terkejut, sedih sekaligus marah kenapa hanya dirinya yang paling terakhir di beri kabar. “Bukannya ibu tidak memperdulikannmu nak, apalagi lupa memberi kabar kepadamu, akan tetapi ibu hanya khawatir dengan keadaanmu yang sendirian dan tidak ada yang menghibur dirimu.” Lanjut ibu yang tak ingin anaknya salah sangka kepada ibunya sendiri. “innalillahi wa innailaihi raji’un,” bibir Riki bergetar dan hanya itu kata-kata yang mampu keluar dari bibir pemuda berumur 18 tahun itu. “iyah nak kami sekeluarga disini sedang berkabung sehingga pada hari raya kemarin ibu tidak menelvonmu” kata ibunda Riki. “Iyah bu tidak apa-apa, aku mengerti maksud ibu, semua adalah milik-Nya dan kepada-Nyalah semua kembali, aku memang merasa sedihh bun, apalagi selama ini beliau adalah sosok yang amat berarti dalam hidupku, tingkahlaku dan ucapanku selalu aku jaga karena nasihat-nasihat dari beliau, beliau selalu menceritakan aku tentang masalah akhirat dan bagaimana aku harus mempersiapkan bekal untuk menghadapinya, bibir yang keriput itu seakan tak ada lelahnya memberikan nasehat bahkan bukan hanya kepadaku akan tetapi kepada semua cucu-cucunya.” Cerita riki kepada ibundanya. “ iyah nak yang jelas kamu harus senantiasa mendo’akannya agar arwah nenekmu bisa ditempatkan di tempat yang layak, yaitu bersama orang-orang yang beriman” jawab ibu, percakapan itu terus berlangsung selama kurang lebih 30 menit hingga akhirnya ibunda memohon diri karena ada yang harus diselesaikan untuk 3 hari almarhumah.
Riki teringat pesan neneknya sebelum dia berangkat ke kota Malang bahwa “Rik, jika kamu sudah di Malang dan jika nenekmu sakit bahkan meninggal, kamu jangan pulang yah, cukup do’akan nenek dan kalau memang memungkinkan, sholatkan nenek dari sana bersama teman-temanmu” saat mengingat ucapan lembut itu tak terasa air mata Riki mulai keluar dari kedua sudut bola matanya. 
Waktu itu terasa berlalu dengan begitu cepat, matahari kini telah digantikan oleh rembulan, saat itu Riki mengajak teman-teman satu kamarnya untuk melaksanakan sholat gaib teruntuk neneknya yang amat ia cintai.

Kini permata yang cantik nan menawan dalam hidup Riki telah tiada, yaah permata itu tidak lain adalah neneknya.

Senin, 17 November 2014

Sepercik Iman Pembawa Bahagia

Sepercik Iman Pembawa Bahagia
 Saat mentari mulai menampakkan wajahnya, saat burung-burung bernyanyi dengan suara merdunya, di pondok pesantren Ar-rahman seorang pemuda bernama Nino kian rajin menghafal Al-Qur’an. Dia adalah laki-laki yang sangat taat dalam beribadah dan dalam urusan agama dia bisa dibilang ahlinya di bandingkan dengan teman-temannya yang lain. Lain halnya dengan Niko, salah seorang sahabat dari Nino, dia adalah seorang pemuda yang tampan dan bertubuh tegap, dia tinggal sendirian di jakarta karena kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Tetapi dia sangat malas dalam beribadah dan tidak tahu apa-apa dalam urusan agama. Niko hidup penuh dengan kemewahan warisan dari ayah ibunya dan tidak jarang Niko pergi ke club-club malam hanya untuk mabuk-mabukan.
                Matahari mulai kembali ke tempat tiggalnya membuat langit berwarna jingga dan burung-burung mulai kembali ke sarangnya masing-masing. Bertahun-tahun hidup di lingkungan pesantren yang sesak membuat pikiran Nino mulai memikirkan bagaimana tentang kehidupan di luar sana. Dia meminta kapada ayahnya untuk meneransfer sejumlah uang untuk membeli telepon baru. Nino menyembunyikan telepon genggam dikamarnya karena di pesantren tidak di bolehkan untuk mambawa hp. Dari sinilah nino mulai kenal dengan dunia maya dan mulai bergaul dengan teman-temannya diluar sana dengan jejaring sosial facebook, akan tetapi Nino tidak meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim dan tidak pula malas dalam mempelajari ilmu agama.
                Cerahnya mentari kini berganti oleh indahnya cahaya rembulan dalam kegelapan, saat nino sedang asyik chatting  dengan teman-teman barunya tiba-tiba ada yang memukul bahu nino “hay sedang apah kamu no ?” Tanya nina teman sepesantrennya nino, dengan reflek nino langsung menyembunyikan hp barunya itu di belakang kaosnya, “tti..tidak aku tidak sedang apa-apa, aku hanya sedang menghafal Al-qur’an” jawab nino agak terbata-bata. “waah kamu memang santri yang rajin dan pandai, tak salah jika aku mengagumimu” Jawab nina “terimakasih yah na kamu memang sahabat terbaikku” kata Nino. “yasudah aku mau  ke kamar dulu yah, aku mau tidur, assalamu’alaikum” balas nina. Ketika para santriwan dan santriwati sedang tertidur nino masih asyik dengan aktivitas barunya itu, hingga saat adzan subuh berkumandang Nino baru memejamkan matanya.
“No..no ayuk kita sholat” ajak Asep teman satu kamar Nino. “iyah sebentar sep aku masih ngantuk nih” jawab Nino. Semakin hari Nino semakin malas untuk mengerjakan kewajibannya sebagai seorang muslim juga sebagai seorang santri. Hingga akhirnya ada berita bahwa ibu Nino di rumah sedang sakit keras. Mendengar berita itu langsung saja Nino membereskan barang-barang pribadinya dan meminta izin kepada ustadz di pesantrennya untuk izin pulang menjenguk ibunya yang sedang sakit keras.
Sesampainya dirumah, Nino terkejut melihat ibunya yang masih terbaring dikamarnya dan bertanya kepada ayahnya “yaah, kanapa ayah tidak membawa ibu kerumah sakit?” tanya Nino kepada ayahnya. “anakku, maafkan ayah tetapi ayah tidak memiliki uang lagi untuk membawa ibumu ke rumah sakit, semua habis untuk biaya pesantrenmu dan juga utuk membeli telepon ganggam yang kau minta kemarin” jelas ayahnya. “tapi kenapa ayah tidak memberi tahu aku bahwa ibu sedang sakit, jika aku tahu begitu maka aku pasti tidak akan meminta telepon genggam baru” jawab nino dengan nada keras. Tak lama setelah Nino bertengkar dengan ayahnya terdengar suara ibu “ninoo…itukah kau..?” dengan cepat Nino menghampiri ibunya “iyah buu.. ini nino” jawab nino. “naak ibu hanya berpesan padamu jadilah anak yang rajin, jangan mau dibawa oleh arus kehidupan” kata ibu dengan nada penuh kesakitan. “iyah ibu” jawab nino sambil menahan air mata yang ada di sudut matanya. Tak lama berselang setelah Nino menyeka air matanya, ibu nino menghembuskan nafas terakhirnya “ibuuu…” teriak nino sambil menangis.
Kejadian itu membuat nino sangat membenci ayahnya hingga Nino memutuskan untuk keluar dari pesantren dan pergi dari rumah. Nino memutuskan untuk tinggal bersama dengan temannya yaitu Niko. Bersama Niko, Nino hidup jauh berbeda dengan biasanya. Nino mulai mabuk-mabukan dan mulai terjerumus dalam lingkaran syaitan. Hingga pada suatu hari saat Nino dan Niko sedang mabuk tetapi karena Niko sudah biasa jadi Niko tidak terlalu kehilangan kesadarannya, hal itu berbeda dengan Nino yang kehilangan kesadaran sepenuhnya, Nino secara tidak sadar berjalan kearah jalan raya, dan dari arah yang berlawanan melaju truck besar dengan sangat cepat dan melindas tubuh Nino hingga Nino meninggal dunia saat itu juga.
                Melihat kejadian tersebut membuat Niko tersadar akan dosa-dosanya yang telah ia perbuat selama ini dan ingat pesan kedua orang tuanya saat masih hidup bahwa “jadilah anak yang sholeh dan berguna untuk nusa, bangsa dan agama”. Niko memutuskan untuk pergi dari kehidupan kelamnya dan hidup di pesantren Ar-rahman tempat temannya dulu menjadi santri. Disana ia menjadi santri yang rajin dan pandai, ia cepat belajar masalah agama dan cepat pula dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.
                Sampai pada saat Niko sholat subuh Niko terkena serangan jantung akibat terlalu sering mengonsumsi minuman keras dan Niko menghadap sang khalik saat tersujud dan dengan wajah yang tersenyum.

By           : Rico supriyadi

Senin, 10 November 2014

Biografi syaikh Nawawi Al-Bantani



BIOGRAFI TOKOH MUSLIM
Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani
Ngaku wong Banten ??  Apakah anda tahu siapa syaikh Nawawi Al-Bantani ?
Nama lengkapnya adalah Abu Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi.

 Ia bergelar al-Bantani karena ia berasal dari Banten, Indonesia.
 Lahir di kampung Tenara, kecamatan Tirtayasa kabupaten Serang provinsi Banten pada tahun 1230 H/ 1813 M. Beliau merupakan keturunan ke 12 Maulana Hasanudin putra dari Sunan Gunung Jati Cirebon dan nasab beliau melalui jalur ini sampai kepada husein, cucu baginda Nabi Muhammad SAW. Ayah beliau adalah seorang ulama banten ‘Umar bin ‘Arabi dan ibunya bernama zubaedah.

Semenjak kecil beliau terkenal sangat cerdas. Pada usia 8 tahun syaikh nawawi mengaji kepada kyai Sahal Banten setelah itu kepada kyai Yusuf Purwakarta.
Pada usia 15  tahun beliau menunaikan ibadah haji dan berguru kepada ulama besar di mekkah seperti imam masjidil haram syaikh Khatib sambas, syaikh sayyid Ahmad nahrawi, syaikh Junaid Al-betawi, syaikh Ahmad dimyati dan masih banyak lagi.
Setelah 3 tahun mencari ilmu di tanah Arab beliau kembali ke tanah air, tetapi dikarenakan kondisi tanah air yang sedang dijajah oleh belanda yang mengakibatkan sulitnya syaikh nawawi untuk mengembangkan ilmu yang ada pada dirinya, Syaikh nawawi akhirnya kembali tanah suci.
Beliau menjadi murid yang tekun, cerdas dan terpandang di masjidil haram, sehingga saat syaikh Ahmad Khatib Sambas uzur menjadi imam di masjidil haram, Syaikh nawawi ditunjuk untuk menggantikan dirinya. Sejak saat itulah syaikh nawawi dijuluki syaikh Nawawi Al-jawi. Nama syaikh nawawi al-bantani al-jawi menjadi sangat terkenal di jazirah arab sehingga beliau di juluki “Sayyidul Hijaz” yakni ulama dikawasan Hijaz. Kefakihannya dalam agama pun membuatnya dijuluki Nawawi kedua, maksudnya penerus ulama dunia terkenal yaitu imam Nawawi.
Karena kecerdasan yang dimilikinya syaikh Nawawi mempunyai banyak murid dan diantara salah satu muridnya ada yang menjadi ulama besar di masa kini misalnya K.H Hasyim Asy’ari ( pendiri Nahdhatul ulama ) dan lain-lain. Karena kecerdasannya pula lah beliau dijuluki sebagai Bapak kitab kuning Indonesia.
Ia adalah seorang ulama dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab, yang meliputi bidang-bidang fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Jumlah karyanya mencapai tidak kurang dari 115 kitab.Karyanya yang tekenal antara lain ; al-Tafsir al-Munîr li al-Mu’âlim al-Tanzîl al-Mufassir ‘an wujûĥ mahâsin al-Ta΄wil musammâ Murâh Labîd li Kasyafi Ma’nâ Qur΄an Majîd, tafsir marah labid, atsimar Al-yaniah fi ar-riyadah al badiah, fath majid dan masih banyak lagi. Karya tafsirnya, al-Munîr, sangat monumental, bahkan ada yang mengatakan lebih baik dari Tafsîr Jalâlain, karya Imâm Jalâluddîn al-Suyûthi dan Imâm Jalâluddîn al-Mahâlli yang sangat terkenal itu.


Syaikh Nawawi wafat di syeib A’li, pinggiran kota mekkah pada 25 syawal 1314 H/1897 M. beliau kemudian di makamkan di pemakaman Ma’la.

Makam beliau bersebelahan dengan makam anak perempuan dari Sayyidina Abu Bakar al-Siddiq, Asma΄ binti Abû Bakar al-Siddîq
 

Blogger news

Blogroll

About